Thursday, February 15, 2018

Nino It's Mine


Hay aku nina. Aku akan bercerita tentang nino. Ya nino. Ini rencananya akan aku kirim kepada nino. Biar nino tau apa yang aku rasakan untuknya. Dan aku berharap nino membalas ceritaku ini tentangnya dan berharap nino membalas ceritaku ini. Dari bagaimana rasa nya terhadapku selama ini dan apa yang ia rasakan setelah mengetahui rasaku ini. Aku sungguh menaruh harap padanya. Nino aku sungguh ingin tau bagaimana rasaku ini dimatamu. Nino salahkah aku yang mencintaimu dalam diam?

Nino seseorang lelaki yang memenuhi semua kriteriaku. Kau tampan lebih tepatnya kau manis. Dan aku suka. Sebagai seorang otaku kau itu sangat memenuhi kriteria. Semua tentang fisik dan adab tingkah lakumu. Tapi sayang, aku cuma bisa memendam rasaku. Nino aku ingin bercerita dengan detail mengenai rasaku padamu.

Aku menyukaimu sejak awal. Mengapa? Tentu saja karena kau tipeku. mengapa aku sungguh hanya bisa melihatmu dari kejauhan? Nino aku sungguh tak tau kala itu kalau rasa ini tak kunjung hilang dan lenyap karena aku mengabaikan rasaku untukmu. Aku tidak percaya diri aku orang yang kau cari dihidupmu. Aku mengubur dalam-dalam rasaku untukmu. Seorang diri. Sendirian. Menahan rasa cemburuku melihatmu mencintai orang lain.

Nino aku terus mengawasimu. Tapi mengapa kau seperti aku? Tidak aku salah. Mengapa kau sulit untuk melihat kearahku? Mengapa rasa itu tak bisa kau lihat? Iya aku tau. Karena aku tak percaya diri bahwa rasaku ini akan berharga bagimu. Aku menutup semua cela agar kau tak tau rasaku. Nino, bagaimana jika nanti Tuhan mempersatukan kita dalam ikatan yang suci? Apakah kau sanggup menerimaku apa adanya?

Aku tak tau nino harus memulai. Aku hanya berserah diri kepada Tuhan. Aku tak peduli rasa sakit yang kuterima ketika melihat kau bersama orang yang sedang kau cintai. Aku tau, aku hanya ingin menjadi karakter yang terlupakan. Huh, entahlah aku selalu bertindak agar dilupakan. Aku menulis rasaku agar kau pun ikut serta dalam cita-citaku yaitu menjadi seorang penulis. Nino setidaknya kau telah mewarnai hariku.

Nino apakah aku ditakdirkan hanya sebagai penonton kisah cintamu? Apakah Tuhan mempertemukan aku dan kau sebatas kau menjadi bagian cerita dalam hidupku. Kau hanya menjadi kisahku yang akan aku ingat hanya sebagai kenangan masa kuliah? Setidaknya aku tidak menyesal. Bagaimana aku bisa menyesal untuk hal yang aku tak tau itu untukku atau tidak. Aku memilih diam-diam mencintaimu karena itu caraku agar tak menyesal. Aku pernah membaca buku yang mengatakan kalau dengan bicara kau akan merasakan lebih banyak penyesalan dan dengan diam kau akan temukan penyesalan namun tak sebanyak ketika kau bicara. Huh, hidupku memang penuh dengan teori!

Aku percaya, kalau kau memang takdirku aku tak perlu menjatuhkan egoku secara mentah-mentah. Aku harus tetap bertahan dengan prinsipku. Apalah aku ini? Hah. Tertawaku dengan apa yang sedang mondar-mandir di pikiranku.

Nino, aku menikmati saat-saat ini. Saat dimana aku mengingat kejadian, peristiwa demi peristiwa yang pernah aku rasakan ketika bersamamu. Rasanya sedang melihat seorang Kuudere yang tenang dalam mencintai.

Sebenarnya aku baru saja menyadari dan yakin kalau aku mencintaimu. Saat itu aku menantang diriku sendiri untuk bersikap emhh untuk memperlakukanmu seolah seorang aku tak mungkin mencintaimu. Aku memposisikan bahwa aku tidak canggung ketika bersamamu, tidak bergetar ketika tersentuh olehmu, tidak takut menatap matamu. Ya tindakan itu yang sering aku tanamkan dibenakku bahwa itu tanda aku hanya menganggap lelaki itu seorang yang bukan untuk dicintai, bahwa lelaki yang aku perlakukan seperti itu benar-benar tak boleh terlintas diotakku untuk di cintai. Teori gila!

Aku menatap matamu, aku memperhatikanmu ketika bicara dan kurasa aku benar dengan teori yang aku buat sendiri. Kau pun seperti kau pada umumnya pada wanita. Hatiku berkata dengan tidak takut menatap matanya dan menjadi diri sendiri itu tidaklah cukup bahwa aku tidak mencintainya. Aku mencoba untuk bersentuhan dengannya. Kursi dan meja yang sedang kita tempati berwarna putih, diatas meja ada makanan yang sudah kita pesan. Kakiku mencoba untuk mencari kakimu, kakiku mencoba berdempetan dengan kakimu. Deng! Berhasil. Aku bertambah yakin aku hanya memperhatikanmu, bukan berarti aku mencintaimu.

Aku merasa lega. Aku mulai berpikir bagus juga kalau cerita kemarin bersama nino aku buat jadi cerita pendek, haha aku tertawa! Menertawakan diri sendiri. Otakku mulai bermain. Bagaimana kalau aku beri sedikit bumbu? Biar ceritaku dan nino terlihat menarik. Hariku dipenuhi dengan “bagaimana menjadi seorang penulis novel”

Kalau diingat-ingat tentang nino. Kurasa aku terlalu berlebihan memaksakan diriku bersikap seolah tak mempunyai rasa untuknya. Aku pun bingung apakah benar aku mencintainya? Apakah aku sekedar tertarik karena dia karakter anime yang aku suka?

Bagaimana bisa orang sepertiku ini bisa membuat sebuah novel best seller? Sedangkan aku sendiri tak mengenal baik apa isi hatiku. Aku butuh teori baru! Bagaimana pun teori itu harus mendukungku untuk menjadi seorang penulis.

Menjadi seorang penulis yang membuat banyak orang membaca apa yang ia tulis tidaklah semudah yang diharapkan. Ide gila pun sebenarnya bisa menjadikan seseorang menjadi penulis. Tapi entahlah. Aku hanya bisa berusaha.

Terlintas di otak ku. Cerita seorang novelis yang menjadi kenyataan. Hahaha lagi lagi dan lagi aku menertawakan ideku sendiri. Oh God help me.

Apakah mungkin sedikit kebersamaankku dan nino bisa menggelegarkan pasar buku? Ah positif thinking sajalah!

Bersambung~

No comments:

Post a Comment